Catatan Perjalanan :

Sekali Menginjak Gas, Delapan Negara Bagian Terlampaui

 

13.   Numpang Lewat Di Nebraska

 

Sabtu, 29 April 2000, jam 12:00 siang saya baru meninggalkan 16th Street Mall Denver untuk selanjutnya melaju ke timur melalui jalan bebas hambatan Interstate-76. Ini memang perubahan rute secara mendadak. Semula saya akan langsung ke utara melalui Interstate-25 menuju kota Cheyenne, ibukota negara bagian Wyoming. Namun mempertimbangkan masih punya cukup waktu menuju Rock Springs dimana sebagian rute akan melalui jalan bebas hambatan, saya memutuskan untuk memutar ke arah timur terlebih dahulu. Memutar jalan guna memenuhi ambisi untuk menambah jumlah negara bagian yang akan saya lewati.

 

Tiba di kota kecil Fort Morgan saya keluar dari Interstate-76 lalu menuju ke arah utara melalui jalan kecil beraspal. Ini adalah jalan terpendek yang saya perkirakan akan menembus kota Kimball di pojok barat daya negara bagian Nebraska. Di kota Kimball ini saya akan ketemu dengan jalan Interstate-80 yang selanjutnya akan saya lalui lurus ke barat menuju Rock Springs. Di Interstate-80 saya akan bisa memacu kendaraan untuk tidak kemalaman tiba di Rock Springs.

 

***

 

Keputusan mendadak saya untuk merubah rute dengan memutar melewati Nebraska ini memang keputusan sepihak, dengan tanpa merundingkannya terlebih dahulu dengan istri dan anak-anak. Akibatnya begitu istri saya melihat peta dan tahu rutenya berubah, langsung protes dan saya dinesoni (dimarahi). Sebenarnya dia hanya khawatir kalau nanti kemalaman saat memasuki kota Rock Springs dimana kami merencanakan untuk bermalam. Merasa salah, “yo wis aku meneng wae…” (ya sudah saya diam saja). Meskipun sebenarnya saya punya pertimbangan dan perhitungan tersendiri (yang nantinya terbukti membuat istri saya lega).

 

Pertama, jarak dari Kimball ke Rock Spring yang sekitar 320 mil (sekitar 512 km), saya berspekulasi melalui jalan Interstate akan bisa saya tempuh dalam waktu 4 jam dengan kecepatan rata-rata 80 mil/jam (sekitar 130 km/jam). Kalau saya tiba di Kimball jam 3:00 sore, artinya sekitar jam 7:00 malam akan tiba di Rock Springs, hari masih cukup terang dan saat itu matahari belum tenggelam.

 

Kedua, ya alasan keinginan ambisius itu tadi. Meskipun hanya sebentar, kami akan sempat “pernah” merasakan berada di wilayah negara bagian Nebraska, meskipun hanya di bagian pojoknya saja. Apa yang menarik dengan Nebraska, kok sampai dibela-belain mengulur waktu perjalanan? Justru karena tidak banyak yang menarik dari wilayah ini makanya saya menyempatkan untuk numpang lewat.

 

Setahu saya negara bagian Nebraska ini tidak terlalu terkenal, tidak sebagaimana California, Florida, Texas, Washington atau New York, setidak-tidaknya bagi sebagian orang luar Amerika. Jarang sekali orang yang sengaja datang ke Nebraska, karena memang kurang populer di sektor pariwisata, pendidikan, industri dan pemerintahan.

 

Dengan kami “pernah” melewati daerah itu, kami akan bisa cerita kepada orang bahwa kami pernah berada di Nebraska, meskipun hanya untuk numpang lewat saja (sebenarnya lebih tepat kalau saya sebut, maaf, numpang kencing saja). Lha wong nyatanya demikian. Belum jam 3:00 sore sudah tiba di kota Kimball. Agar perjalanan berikutnya bisa melaju, saya sengaja berhenti di pompa bensin untuk kencing, ya terpaksa sekalian beli bensin biar tidak sungkan dengan tukang bensinnya. Memang sudah umumnya tempat orang jual bensin di Amerika, berlokasi di pojok-pojok perempatan jalan, membuka toko dan mempunyai toilet.    

 

Eh, kok ndilalah….. (kebetulan) di toko tukang bensin itu ada dijual cendera mata dari Nebraska, ada gelas dan piring hias yang ada tulisannya “Nebraska”. Mendadak sontak istri saya bersemangat melihat, memilih dan lalu membelinya, Memang cendera mata semacam itulah yang sangat dicari dan disukainya. Cukup berhenti 15 menit, lalu kami melanjutkan perjalanan lurus ke arah barat.

 

Ketika dalam perjalanan meninggalkan kota Kimball, saya nyeletuk bercanda kepada istri saya : “Ya….meskipun hanya numpang kencing, tapi kita pernah ke Nebraska, buktinya kita punya piring hias dari Nebraska….”.  Istri saya tertawa. Diapun lega ketika saya beritahu hitung-hitungan saya bahwa sekitar jam 7:00 malam kita akan sampai di Rock Springs.

 

Hitung-hitungan spekulasi saya ternyata agak meleset. Begitu memasuki wilayah negara bagian Wyoming, hujan deras turun hingga berlangsung selama hampir setengah dari perjalanan saya. Akibatnya saya harus mengurangi kecepatan laju kendaraan. Saya sempat was-was juga kalau sampai kemalaman tiba di Rock Springs. Bukan soal kemalamannya, melainkan khawatir kalau protes istri saya siangnya tadi menjadi terbukti.

 

Akhirnya baru sekitar jam 19:30 kami memasuki kota Rock Springs, terlambat sedikit dari yang saya perkirakan sebelumnya, dan hari memang masih terang. Mencari hotel murahpun tidak susah. Rock Springs adalah kota kecil berpenduduk hanya sekitar 25.000 jiwa berlokasi pada ketinggian sekitar 1.911 m di atas permukaan laut. Di bulan April, suhu udara masih cukup dingin, sehingga malam itu berada di luar tanpa mengenakan jaket rasanya tidak tahan berlama-lama. Sebagaimana kota-kota kecil lainnya di wilayah Sweetwater County, ini adalah kota tambang.

 

***

 

Sore itu juga kami mencari makan malam lebih dahulu sebelum istirahat di kamar hotel. Tidak jauh dari hotel, tepat di jalan keluar dari Interstate-80 kami ketemu rumah makan Cina. Memang ini yang dicari, karena pasti akan ketemu nasi. Rupanya itu restoran langganannya para sopir. Pantesan yang parkir di luar jarang mobil kecil, melainkan truck-truck trailer yang membawa kontainer-kontainer raksasa.

 

Anak-anak saya sempat terbengong melihat yang makan di restoran itu umumnya laki-laki berbadan gempal, bertato di kedua lengannya, berambut awut-awutan dan di antaranya brewokan. Ya, sekedar gumun (heran) saja dengan pemandangan yang tidak biasanya.

 

Yang mengherankan saya justru pelayanan di restoran itu. Untuk ukuran restoran dengan kapasitas tempat duduk sekitar 40 orang, hanya dilayani oleh seorang perempuan saja. Dia yang mencatat pesanan, dia yang mengantarkan pesanan, dia yang menjadi kasir, dia juga yang membereskan meja saat orang sudah selesai makan. Tidak terkesan grusa-grusu (cepat tapi ceroboh), dan semua itu berlangsung dengan rapi dan lancar. Pelayanannya juga cukup memuaskan. Lho, kok bisa?

 

Inilah, satu lagi ilmu management sederhana yang saya dapatkan. Terlepas dari soal isu mempersempit lapangan kerja, tapi ada sistem kerja yang sangat praktis, berdayaguna (effisien) dan berhasilguna (effektif). Dan sistem kerja itu terbukti berfungsi, meskipun barangkali si pelayan restoran tadi tidak pernah pusing-pusing memikirkan soal management restorannya.- (Bersambung)

 

 

Yusuf Iskandar

 

[Sebelumnya][Kembali][Berikutnya]